Kamis, 24 April 2014

Kewajiban kontijensi



Kewajiban kontijensi adalah kewajiban yang tergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih kewajian masa depan untuk meneguhkan jumlah hutangnya, pihak yang dibayarkan, tanggal pembayaran, atau keberadaannya. Kontijensi didefinisikan sebagai kondisi situasi atau serangkaian situasi yang ada melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan (kontijensi keuntungan) atau kerugian (kontijensi kerugian) bagi perusahaan yang akhirnya akan diselesaikan apabila satu atau lebih kejadian masa depan terjadi atau tidak terjadi. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian disebut kerugian kontijensi. Kontinjensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang mengandung syarat merupakan transaksi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan bank sehari-hari. Kontinjensi yang dimiliki oleh suatu bank dapat berakibat tagihan atau kewajiban bagi bank yang bersangkutan. PSAK No. 31 mengatur akuntansi untuk transaksi kontinjensi dalam suatu perusahaan. Istilah kewajiban bersyarat digunakan untuk menyatakan kewajiban yang kemungkinan timbulnya tergantung padaterjadi atau tidaknya satu peristiwa di masa yang akan datang. Dengan demikian pada tanggal neraca belum terdapat kepastian mengenai ada tidaknya kewajiban tersebut. Kontinjensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi oleh ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Transaksi yang bersifat kontinjensi (bersyarat) ini belum mengikat bank untuk melakukan tagihan ataupun kewajiban riil saat ini, akan tetapi secara antisipatif kontinjensi tersebut akan menjadi kewajiban atau tidak sangat tergantung terjadi atau tidak terjadinya peristiwa yang berkaitan dengan kontinjensi ini di masa yang akan datang.
Standar mengidentifikasikan bahwa kejadian kontijensi terbagi menjadi tiga yaitu kejadian kontijensi dengan kemungkinan besar, kejadian kontijensi dengan cukup mungkin, dan kejadian kontijensi dengan kemungkinan kecil.  Suatu kontijensi kerugian harus diakrualkan dengan pembebanan ke beban (pengeluaran) dan suatu kewajiban akan dicatat hanya jika dua kondisi ini memenuhi. Kondisi yang pertama adalah informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukan bahwa kemungkian besar suatu kewajiab telah terjadi pada tanggal laporan keuangan. Kondisi yang kedua adalah jumlah kerugian yang diestimasi dengan layak. Siapa yang sebenarnya harus dibayar atau tanggal pembayaran yang tepat tidak perlu diketahui untuk mencatat suatu kewajiban. Apa yang harus diketahui adalah apakah ada kemungkian besar bahwa suatu kewajiban telah terjadi.Konsep dan prosedur akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos kontijensi relatif masih baru dan belum terselesaikan. Para akuntan yang berpraktek mengungkapkan keprihatinan atas keberagaman yang terjadi atas penafsiran reasonable, reasonably possible, dan remote. Praktek saat ini sangat mengandalkan bahasa eksak yang digunakan sebagai tanggapan yang diterima dari para ahli hukum, akibatnya akrual dan pengungkapan kontijensi sangat berbeda-beda dalam praktek.

a.      Perkara pengadilan, tuntutan dan pengenaan
Faktor-faktor berikut ini yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah suatu kewajiban harus dicatat berkenaan dengan perkara pengadilan yang ditunda atau mengancam dan tuntutan atau pengenaan yang sebenarnya atau yang mungkin adalah sebagai berikut:
a)      Periode waktu  dimana terjadi penyebab dasar dari tindakan
b)      Kemungkinan  dari suatu hasil yang tidak menguntungkan
c)      Kemampuan untuk membuat taksiran yang layak atas jumlah kerugian
Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan, penyebab perkara pengadilan harus terjadi pada atau sebelum tanggal laporan keuangan. Tidak menjadi masalah apakah perusahaan tidak sadar akan adanya atau kemungkinan adanya tuntutan hukum atau klaim sesudah tanggal pelaporan keuangan tetapi sebelum laporan tersebut diterbitkan. Untuk perkara atau gugutan yang ditunda jarang diramalkan dengan suatu kepastian. Dan sekalipun bukti yang tersedia pada tanggal neraca tidak menguntungkan tergugat, hampir tidak layak untuk mengharapkan perusahaan mempublikasikan dalam laporan keuangan estimasi dir jumlah uang dari kemungkinan hasil negatif.
Berkenaan dengan gugatan yang belum diajukan dan klaim dan pengenaan yang belum dinyatakan, perusahaan harus menentukan tingkat probabilitasnya bahwa gugtan tersebut akan diajukan atau pengenaan yang diteguhkan dan probabilitas dari hasil yang menguntungkan.

b.      Pengungkapan kontijensi kerugian
Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan perusahaan perusahan dapat membebankan kedalam beban dan hutang perusahaan. Kontijensi yang melibatkan tuntutan atau pengenaan yag belum dinyatakan tidak perlu diungkapkan apabila tidak ada penuntut yang datang kecuali jika dianggap memiliki kemungkinan yang besar ahwa suatu tuntutan akan dinyatakan dan terdapat cukup kemungkinan bahwa hasilnya akan dapat menguntungkan. Kewajiban lain yang harus diungkapkan sekalipun memiliki kerugian yang kecil adalah sebagai berikut:
1.      Jaminan atas hutang pihak lain
2.      Kewajiban bank komersial menurut standby letters of credit
3.      Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau kekayaan lain yang berkaitan) yang telah dijual atau digadaikan.

c.       Biaya garansi dan jaminan
Jaminan/Garansi Produk (warranty or product guarantee) adalah suatu janji yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk meperbaiki kekurangan dalam kuantitas, kualitas, atau kerja suatu produk. Garansi ini biasanya digunaka oleh perusahaan sebagai teknik promosi penjualan. Jaminan dan garansi adakalanya diiringi dengan biaya dimasa yang akan datang atau biasa disebut biaya purna jual. Walaupun jumlah, dan waktu kejadian yang tidak menentu dimasa yang akan datang, perusahaan mungkin ataupun harus mengestimasikan dengan layak atas perkiraan tersebut. Jumlah kewajiban merupakan taksiran dari semua biaya yang akan dikeluarkan sesudah penjualan, sesudah penyerahan dan sejumlah biaya yang terjadi untuk mengoreksi kerusakan atau kecacatan barang yang disyaratkan menurut ketentuan jaminan. Terdapat dua pendekatan dalam mencatat kerugian kotijenji dari suatu produk yang berupa jamian yaitu metode kas dan metode akrual.
Dasar Kas pengakuan metode ini mensyaratkan bahwa biaya jaminan dibebankan pda saat terjadinya suatu transaksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jaminan diakui pada saat penjual menempati jaji kepada konsumen atas perjanjian yang dilaksanakan. Metode ini merupakan metode yang diakui dalam perpajakan perusahaan. Seringkali dibenarkan untuk akuntansi atas dasar kecepatan pemprosesan bila jaminan jumlahnya tidak material dan waktu jaminan relatif pendek. Metode dasar kas disyaratkan bila kewajiban tidak diakrualkan dalam tahun berjalan karena tidak mungkin kewajiban tersebut terjadi dan jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diperkirakan dengan layak.
Dasar Akrual dapat digunakan apabila pelanggan akan mengajukan tuntutan berdasarkan jaminan berkenaan dengan produk atau jasa yang telah dijual dan taksiran yang layak atas biaya yang terlibat didalamnya.Menurut metode akrual, biaya jaminan dibebankan dalam biaya operasi pada tahun berjalan. Metode akrual merupakan metode yang diterima secara umum. Penggunaan metode akrual dikalsifikasikan lagi menjadi dua pendekatan yaitu metode beban dan metode penjualan. Apabila perusahaan tidak memisahkan antara produk dengan jaminan maka perusahaan dapat menggunakan metode beban. Namun apabla perusahaan memisahkan harga antara harga jual dan jaminan maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan penjualan.
Apabila jaminan merupakan bagian yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan dari penjualan dan dipandang sebagai kerugian kontijensi maka metode yang digunakan adalah metode beban sebagai berikut:
Kas                                                                        Rp xxx,-
      Penjualan                                                                      Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat penjualan barang dengan kewajiban jaminan yang diakui)

Beban Jaminan                                                       Rp xxx,-
      Kas                                                                              Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat pembayaran jaminan oleh perusahaan)

Beban Jaminan                                                       Rp xxx,-
      Kewajiban Kontijensi atas Jaminan                               Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh perusahaan)
  
Metode kedua yang digunakan dalam mencatat jaminan adalah pendekatan penjualan. Pendekatan ini dicirikan dengan pemisahan antara jaminan dengan harga penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun jurnal adalah sebagai berikut:
Kas                                                                        Rp xxx,-
      Penjualan                                                                      Rp xxx,-
      Pendapatan Jaminan yang belum dihasilakan                  Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh perusahaan)

Pendapatan jaminan yang belum dihasilkan  Rp xxx,-
      Pendapatan Jaminan                                                     Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh perusahaan)
*) Tulisan tersebut merupakan hasil Resume Buku Akuntansi Intermediate, Kieso and Weagant, 1995, Bhinarupa Akhsara. Dirangkum Oleh Sandhi Idhar Rosydi. Diposkan oleh Sandhi Idhar Rosydi di 8:11:00 PM. Label: Akuntansi

·         Kewajiban kontinjensi adalah:
a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah; atau 
b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena: (i) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable ) pemerintah mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau (ii) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.



·         Keuntungan kontinjensi
Keuntungan kontinjensi (gain contingencies) adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva (atau memiliki kewajiban yang menurun)  yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada akhirnya akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontoinjensi yang khas adalah :
1.    Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadia, sumbangan, bonus, dan lain sebagainya.
2.    Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak
3.    Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan
4.    Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan

·         Kerugian Kontinjensi
Kerugian kontingensi (loss contiengencies) adalah situasi yang melibatkan ketidakpastian atas kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi menurut defenisinya disebut sebagai kewajiban kontinjen. Kewajiban kontijen (contiegencies liabilities) adalah kewajiban yang bergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah hutang, pihak yang dibayar, tangal pembayaran, atau keberadaannya.
Apabila terdapat kerugian kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa depan akan menguatkan terjadinya kewajiban dapat berkisar dari sangat mungkin hingga kurang mungkin.

·         Pengakuan
Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini. Walaupun demikian, dalam beberapa peristiwa yang jarang terjadi, misalnya dalam tuntutan hukum, dapat timbul perbedaan pendapat mengenai apakah peristiwa tertentu sudah terjadi atau apakah peristiwa tersebut menimbulkan kewajiban kini. Jika demikian halnya, perusahaan menentukan apakah kewajiban kini telah ada pada tanggal neraca dengan mempertimbangkan semua bukti yang tersedia, termasuk misalnya pendapat ahli. Bukti yang dipertimbangkan mencakup, antara lain, bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah tanggal neraca. Atas dasar bukti tersebut, apabila besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada tanggal neraca, pemerintah mengungkapkan adanya kewajiban kontingensi. Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil. Kewajiban kontingensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, kewajiban kontingensi harus terus-menerus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya bertambah besar (probable). Apabila kemungkinan itu terjadi, maka manajemen akan mengakui kewajiban diestimasi dalam laporan keuangan periode saat perubahan tingkat kemungkinan tersebut terjadi, kecuali nilainya tidak dapat diestimasikan secara andal. Pengukuran Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten. Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban kontingensi tidak disajikan pada neraca , namun demikian perusahaan harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca.
·         Pengukuran
Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten
·         Penyajian Dan Pengungkapan
Kewajiban kontingensi tidak disajikan pada neraca, namun demikian harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban
kontingensi pada tanggal neraca
Pengungkapan tersebut dapat meliputi:
1. karakteristik kewajiban kontingensi;
2. estimasi dari dampak finansial yang diukur;
3. indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu aruskeluar sumber  daya;
4. kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah kewajiban harus dicatat berkaitan dengan perkara pengadilan yang ditunda atau yang mengancam dan klaim serta pengenaan aktual atau yang mungkin, yaitu: a. Periode waktu di mana penyebab tindakan yang mendasari terjadi, b. Probabilitas hasil yang tidak menguntungkan, c. Kemampuan untuk membuat estimasi yang layak atas jumlah kerugian Jika sangat mungkin bahwa pelanggan akan mengajukan klaim menurut jaminan yang berhubungan dengan barang atau jasa yang telah di jual dan estimasi yang layak atas biaya yang terlibat dapat dilakukan, maka metode akrual harus digunakan. Biaya jaminan menurut dasar akrual dapat dibebankan ke beban operasi pada tahun penjualan. Premi, penawaran kupon, dan rabat diberikan untuk menstimulasi penjualan, dan biayanya harus dicatat sebagai beban pada periode penjualan yang memperoleh manfaat dari rencana premi.

PENYAJIAN DAN LAPORAN
            Akun kewajiban lancar umumnya disajkan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham pada neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicatat menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut preferensi likuidasinya. Informasi yang terinci dan bersifat tambahan mengenai kewajiban lancar harus memadai untuk memenuhi persyaratan pengungkapan penuh. Jika kerugian sangat mungkin atau dapat diestimasi, tetapi tidak keduanya, dan jika paling sedikit terdapat kemungkinan yang layak bahwa kewajiban mungkin akan terjadi, maka pengungkapan harus dibuat dalam catatan mengenai sifat kontinjensi dan estimasi diberikan untuk kerugian yang mungkin. Dua rasio yang digunakan untuk menganalisis likuiditas adalah rasio lancar dan rasio cepat. Dalam PSAK No. 31, kontinjensi harus disajikan sedemikian rupa sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos aktiva dan pasiva dapat menggambarkan posisi keuangan bank secara wajar. Kontinjensi merupakan transaksi yang belum mengubah posisi aktiva dan pasiva bank pada tanggal pelaporan, tetapi harus dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang telah disepakati dengan nasabah terpenuhi. Kontinjensi ini dapat bersifat tagihan atau kewajiban baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing. PSAK No. 31 menyatakan bahwa sistematika penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disusun berdasarkan urutan tingkat kemungkinan pengaruhnya terhadap perubahan posisi keuangan dan hasil usaha bank. Selanjutnya komitmen dan kontijnensi baik yang bersifat sebagai tagihan maupun kewajiban masing-masing disajikan secara tersendiri tanpa pos lawan. Dengan demikian, pengungkapan dalam laporan dilakukan dengan single entry melalui rekening administratif yang merupakan pos di luar neraca (off balance-sheet).
·         Azas Konservatif dalam Kontinjensi
Pengungkapan data transaksi kontinjensi dalam laporan keuangan dikaitkan
dengan penerapan konsep atau azas konservatif atau berhati-hati dalam prinsip akuntansi.

5 komentar:

  1. Sangat membantu banget nih artikelnya
    Reference buat saya ka....

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas artikelnya. Sangat membantu. Mantap.

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas artikelnya semangat ya

    BalasHapus
  4. mau bertanya, kira-kira apa ada alasan untuk manager menolak perhitungan dan akrual kerugian kontijensi?

    BalasHapus